Rss Feed
  1. Packing time!

    Sunday

    I completely couldn't understand in every moments when I started to migrate.

    I always said those words to my mom while she talked seriously that I have to bring the stuffs as minimal as I can, "Yeah don't worry Mum, I'd like to bring all the stuffs I need the most when I'm in my new place. I won't bring any stuff but the important ones!

    And in the eye of sudden when I have finished packing.. I talked to my own self, "I'm sure all those stuffs are the important ones that I need the most in future. I really would need this. This too! And yea this. And Bla bla bla." 

    *silent for a while*

    "Nevertheless.. those stuffs are too much indeed"

    *staring the stuffs desperately again*

    *deep sigh*

    Always like this. And finally, I always bring a lot of stuffs .__.


  2. Dengan satu langkah berbeda, aku detik ini belum tentu berada di tempatku yang detik ini.

    Karena begitulah takdir yang ini, jenis takdir yang kita sendirilah penentunya. Bentuknya bercabang. Menawarkan beribu pilihan untuk diambil dan beribu pilihan sebagai hasil. Pilihan yang mempunyai harga, tentu saja. Harga yang kau bayar dengan sejumlah faith, action, pray, spirit, patience, effort, commitment, discipline, persevering, positive thinking, thankful, juga sikap dan prinsip lainnya yang dapat berguna sebagai alat bayar untuk hasilmu kelak. Canggihnya, kau dibebaskan untuk membayar semampumu, seinginmu, tidak dipaksa,  pilihan sepenuhnya ada pada tanganmu. Dan, well.. you get what you pay.

    Yes, you get what you pay. Karena sekali lagi, memang begitulah dunia dengan segala aturan alam semestanya, terlebih aturan Tuhannya. Bayar satu dapat satu, bayar dua dapat dua. Bekerja dapat uang, tidak bekerja ya tidak dapat uang. Belajar menjadi tahu, tidak belajar ya tidak tahu.

    Namun terlepas dari itu semua, selalu ada ketika kalimat you get more than you pay menjadi nyata. Kasih sayang dan berkah Tuhanlah yang menjadikannya nyata. Untuk itu, berbaik-baiklah dengan Tuhan, semoga Dia senantiasa memberkahi hidupmu.

    Selamat berbelanja takdir :) 



  3. Karena sesungguhnya sibuk yang menghasilkan rasa lelah, lebih membahagiakan daripada santai yang menghasilkan rasa bosan.

    Tahun ini, kebetulan aku mempunyai hari santai yang sangat banyak. Awal mula aku menikmati hari-hari itu, rasanya semua rencana berjalan dengan benar, tertulis di jadwal harian walaupun kegiatannya tak terlalu penting. Hanya kegiatan holiday ala aku, si gadis rumahan. Menonton film yang sudah menumpuk stoknya, membaca berjudul-judul novel, terkadang meriview biologi SMA, dancefloor rumahan, menulis –cerita, diary, atau mungkin artikel ringan- sampai kegiatan menuliskan acara tayang acara tv yang dirasa menarik, agar tak sampai ketinggalan. Atau untuk tambahan, pergi ke toko buku –yang selalu sangat menyenangkan- dan swalayan –untuk hanya sekedar melihat-lihat dengan membawa keranjang yang bukan troli karena belanjaku cuma formalitas-

    Oh.. semua itu berjalan lancar selama berminggu-minggu, dan aku sangat menikmatinya. Sampai.. tiba pada saat aku merasa muak. Muak menjadi gadis rumahan, walaupun implikasinya kulitku bertambah putih saking jarang berlama-lama dibawah sinar matahari langsung.

    Sejak kebosanan yang amat sangat melandaku, jadwalku berantakan. Aku tak pernah menaati jadwal lagi, bahkan membuatnya saja tidak. Bytheway, aku memang jenis manusia yang suka keteraturan, segalanya akan sempurna bagiku dengan sebuah jadwal. Dan jujur saja, aku tak pernah membayangkan seperti ini rasanya bosan di rumah. Padahal aku gadis rumahan yang setia rumah. Sebelum ini, aku tak pernah bermasalah dengan liburan full di rumah, dan menghabiskan masa-masa romantisku dengan buku –novel- juga film.

    Suatu hari setelah kepindahanku, barang-barang di rumah ini bertambah dengan barang-barang pribadiku dari kamar kontrakan lamaku. Aku tak punya semangat untuk membersihkan debunya, memilah-milah mana yang masih terpakai dan tidak, juga menatanya kembali di kamarku –yang kecil, dan semakin disesaki barang-. Saking terlalu banyaknya barang, tiga koper yang berisi baju-bajuku teronggok begitu saja di pinggir kursi ruang tamu. Ah, ruang keluarga sudah tak bisa menampung barang-barang besar seperti itu, terlalu sesak melihatnya. Ruang makan sudah dipenuhi barang imigranku yang lain. Kamarku jelas tidak akan muat dijejali tiga koper, kamar orangtuaku tak mungkin dititipi barang-barang ini, lagipula tidak akan muat. Kamar adikku, jangan ditanya. Menampung barangnya sendiri pun aku kasihan melihatnya, oh kamarnya kecil sekali. Ada satu ruangan yang cukup sebenarnya, tempat segala penyimpanan barang terbengkalai lainnya. Bukan gudang ya! Tapi aku tidak tega menyimpan koper-koperku disana, lagipula nanti akan kupindahkan semua bajunya ke lemariku –yang tentu akan semakin sesak-.

    Ternyata, semua itu tidak kubereskan selama berbulan-bulan. Waktu liburku kali ini benar-benar membuatku menjadi pemalas ulung. Sampai suatu ketika, aku mencoba memulai dari yang tersederhana –daripada tidak, pikirku- yaitu merapikan hanya satu bagian kecil di lemari bajuku yang ukurannya tak terlalu besar. Aku mengerjakannya dengan setengah kemalasan, mulanya. Tetapi lama-lama toh asik juga, semuanya tampak lebih rapi dan rasa stressku –akan kebosanan- mulai berkurang. Kurasa lain kali aku harus melakukan ini sejak subuh, agar hormon kortisolku dapat ditekan jumlahnya yang tentu akan meminimalisir stress, pikirku. Dan ketiku itu selesai, rasanya tanganku tak bisa berhenti untuk merapikan bagian-bagian lainnya, lalu dengan riang dan semangat yang masih membara, aku berlanjut ke bagian-bagian lainnya. Tak cukup sampai disitu, aku buru-buru membongkar isi koperku satu persatu, mengangkut bajuku dari sana dan memindahkannya ke lemari bajuku. Merapikannya, sangat rapi. Bagian baju paling atas dan paling bawah sudah otomatis kumasukan ke ranjang baju kotor, takut akan debunya. Semangat masih menjalar, melihat hasil yang membahagiakan. Dan akhirnya, mereka semua sekarang terlihat sangat rapi dalam lemariku. Dan penuh sesak. Tapi rapi.

    Lalu, dengan rasa capek yang cukup terasa –karena sudah sangat lama sejak terakhir becapek-capek-, aku berlanjut dengan dua box kardus yang berisi buku-buku lamaku, juga pernak-pernik, dan barang-barang lainnya yang biasa terpasang di meja belajar –atau meja mainan-. Bagian ini cukup menyita waktu dan tenaga, karena tak hanya sekedar merapikan. Aku tergopoh-gopoh mengangkat, juga memilah mana kertas atau buku yang tak akan pernah terpakai lagi, dan mana yang masih berharga. Dengan tugas seperti itu, aku juga otomatis membaca, mengenang-ngenang ketika aku dulu berhadapan dengan kertas-kertas itu –entah kertas soal ujian, saringan masuk universitas, piagam penghargaan, rapot SMA yang membuatku cukup gembira, kerangka kasar essai, juga kertas yel-yel kelompok ketika ospek dulu. Semuanya tersimpan dalam arsipku yang segunung. Selain itu, aku harus membersihkan satu persatu kertas dan buku yang tersaring di barang-masih-terpakai. Debunya banyak sekali. Tetapi, masa-masa seperti ini yang capek, terbayar rasanya. Kenangan-kenangan terus berkelebat dalam pikiranku, membuatku tersenyum, bersedih, berbangga, bahkan terkikik. Dan dengan memakan waktu berjam-jam hanya untuk dua kardus sedang, pekerjaanku beres sudah. Aku mulai menata buku-buku dan barang-barangku di kamar yang tak punya lemari besar untuk buku-buku. Yang ada hanya lemari kayu kecil yang tentu saja, sudah tak lagi menyisakan tempat untuk buku-buku imigranku yang tebal-tebal dan besar-besar. Akhirnya, kutumpuk buku-buku itu –yang kebanyakan adalah buku-buku formal pejaran dan text book kedokteran yang besar-besar- di bagian sudut kamarku di atas kursi rias –yang kini sudah gepeng bantalnya karena menahan beban buku-. Aku juga mengoleksi buku-buku yang kuberi tema, have fun –berisi novel, buku sastra, buku cerita anak, dan buku motivasi- di dekat bantal diatas ranjang besar kamarku. Aku menumpuknya, belum tinggi baru dua jengkal lebih.

    Ah, kamarku sekarang sudah sesak. Namun, rapi dan bersih dari debu –dan aku harus terus membersihkan kalau tak mau debunya menebal setiap harinya-. Aku juga senang melihat tumpukan bukuku –walaupun tak banyak-  di kamar yang cukup kecil ini. Komik, novel, textbook, semuanya ditumpuk dan ditata dengan rapi dan indah. Ketika kubuka lemari pakaian, aku juga melihat pemandangan yang serupa, namun lebih ekstrim sesaknya, namun rapi. Dan ya! Satu lagi. Aku menengok ke bawah ranjang, ada sepatu-sepatu tercinta yang dengan setia aku bersihkan setiap beberapa minggu sekali. Terlalu sesak untuk menyimpan berbagai lemari –lemari buku dan lemari sepatu- di kamar ini. Jadi yang kulakukan hanya membuat mereka tertata rapi dan sebisa mungkin tak membuatku jengkel karena mereka memakan banyak tempat -_-.

    Dan, begitulah cerita singkat liburan 2013ku yang biasa saja, namun membuatku bahagia karena aku, dan semua di sekelilingku tentunya anugerah  Tuhan. Semoga segala berkah selalu menyertaiku, keluargaku dan teman-temanku sampai hari-hari ke depan yang lama. Semoga kebahagiaan dan kelancaran selalu ada dalam hidup kami.

    Selamat berbahagia untuk bloggie semua! Kau tahu kan aku meridukan blog ini dan tentu saja kau sebagai pembacanya, tapi aku hanya punya ini untuk dibagi, padahal aku sudah menghilang lama. Semoga cukup untuk menghilangkan rindu kalian padaku dan tulisanku. Mari, berbagi cerita. Juga berbagi bahagia.


    Dariku, Ireneu Lestari yang sebentar lagi bertemu kakak tingkat dan segala keribetan ospek. :D 


  4. If I traveled all around the world
    I know what I would find
    Someone half as smart
    Someone half as sweet
    Half as lovely and half as kind

    If I was the ruler of
    A kingdom with a house of wives to choose
    It wouldn’t even quite compare
    To what I’ve got right here with you

    So if I stumble just a bit
    trying to say what’s on my mind?
    Please excuse me cuz I never felt
    the way that I feel inside

    It’s possible
    I may have finally have found my dream come true
    There can never be another you...

    The stars are bright tonight
    They know you are mine all mine
    I knew that it would be alright when my other dreams fell through
    And for this very night I’ve waited all my life
    Standing straight and tall
    I give my all to you
    So please excuse me if I..

    Stumbled just a bit
    Trying to say what’s on my mind
    Please excuse me cuz I never felt the way that I feel inside

    It’s possible
    I may have finally found my dream come true
    There can never be another you
    There can never be another you....

    ---

    There can never be.. another you.