Rss Feed
  1. "Apa jadinya aku tanpamu?" Kata Kertas pada Pulpen.

    "Tentu saja, kau akan tetap menjadi kau, Kertas.." Jawab Pulpen.

    "Tapi tidak ada yang akan mengisi bagian-bagianku yang kosong. Aku.. akan menjadi hampa dan takkan tampan lagi.." Timbal Kertas.

    "Kata siapa? Masih ada Spidol berwarna. Hidupmu pasti berlanjut walau tanpaku. Kau juga akan makin tampan bersanding dengan mereka." Jawab Pulpen sambil menunduk. Lalu Pulpen melanjutkan kata-katanya, "Lagipula, kau selalu kesakitan setiap kali aku menggoreskan bahasa cintaku pada bagianmu.."

    "Tidak masalah, aku senang walaupun harus sakit. Kenapa? Kenapa ingin pergi? Sebesar itukah kau membenciku?" Kata Kertas bersedih. Kertas menatap Pulpen, matanya meminta Pulpen untuk tidak pergi.

    "Kau begitu mencintaiku, Kertas? Bagaimana kalau semua bagian di tubuhmu sudah kuisi dengan coretan-coretan cintaku? Masihkah kau ingin bersamaku?" Tanya Pulpen. Kini, matanya menatap mata Kertas sayu.

    "Tentu saja aku ingin kau selalu didekatku, apapun yang terjadi. Aku sanggup menerima coretan-coretan cintamu sebanyak apapun. Bahkan sampai bagian tubuhku robek karena tajam penamu terlalu banyak dan dalam.." Jawab Kertas sangat yakin. Matanya membalas tatapan Pulpen tajam, meyakinkan.

    "Baiklah.. Aku akan tinggal. Tetapi.. mungkin tidak untuk waktu yang lama.."

    "Kenapa? Masih kurang kah apa yang kulakukan untukmu?" Tanya Kertas kembali.

    "Bukan. Bukan begitu."

    "Lalu kenapa kau tidak ingin tinggal untuk waktu yang lama? Kau tidak mencintaiku sebesar aku mencintaimu?" Hati Kertas berdenyut ketika mengatakan itu. Ia takut pertanyaannya barusan memang benar.

    "Bukan." Jawab Pulpen sangat singkat. Kepalanya menunduk dalam. Mata cantiknya kini berkaca-kaca.

    "Lalu kenapa?"

    "Aku..  akan mengatakan bahwa aku mencintaimu sebesar kau mencintaiku.." "Andaikan kuasa, aku ingin tubuhmu sekuat tubuhku. Andaikan kuasa, aku ingin cintaku sebanyak cintamu.. Andaikan kuasa, aku ingin kita selalu bersama dan bergenggam tangan selamanya.." Jelas Pulpen. Ia menarik napas sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya,
    "Cintaku sebesar cintamu. Namun walau begitu, cintaku tak sebanyak cintamu .. Tintaku akan habis di waktu yang tak lama.. Walau pun tubuhku akan bertahan bahkan lebih lama darimu.. Aku tidak berguna lagi bagimu tanpa tintaku. Tintaku lambang cinta terbesarku untuk dirimu, Kertas. Aku.. aku tidak akan pergi. Tetapi cintaku yang akan habis.." Jelas Pulpen. Air mata memenuhi kelopak matanya yang indah, kemudian jatuh bak hujan yang mengalir deras.

    Tak ada jawaban dari bibir Kertas. Ia terkejut dengan kenyataan akan "perbedaan" mereka. Kata-kata Puplen menyadarkannya bahwa mereka memang benar-benar berbeda, mereka benar-benar tidak bisa selamanya bersama. Hanya isakan kecil Pulpen yang terdengar, tak ada suara Kertas. Tak ada.

    "Biarkan.. Biarkan tintamu habis ditubuhku, Pulpen. Selama ini, aku telah menerima tintamu tak terhitung banyaknya. Berikan tintamu sekuat yang kau bisa, agar aku robek. Lalu, kita bisa rusak bersama-sama.." Kata Kertas pelan dan lembut. Pulpen makin terisak, ia pun sama, sangat sedih dengan kenyataan yang ada pada dirinya dan Kertasnya itu.

    "Tidak. Hanya kau yang akan rusak, aku tetap akan kuat dan ut-"

    "Tapi tintamu akan habis, Pulpen. Biarkan aku rusak! Pun aku, akan tidak berguna lagi tanpa tintamu yang mengisiku." Kertas memohon pada Pulpen agar ia mengabulkan permintaannya.

    "Kau akan berguna bagi orang lain, Kertas. Hiduplah, hiduplah. Karena dengan terus hidup, cintaku yang kugoreskan akan berguna pula untuk orang banyak. Dengan begitu, aku akan terus hidup dalam setiap kata, frosa dan kalimat. Hiduplah sampai kau rusak dengan sendirinya. Sampai waktu menelan keutuhan tubuhmu dengan kerapuhan.. Hingga saat itu tiba, cintaku akan selalu menemanimu. Ketika waktu menelanmu, cintaku akan ikut tertelan. Walau tanpa tangan yang saling terpaut, tapi kita akan selalu bersama, Kertas.."

    Lalu, Kertas mulai meneteskan air mata, hatinya berdenyut kencang, sakit.

    Mereka menghabiskan waktu bersama sampai hari itu, hari ketika tanda cinta sang Pulpen habis.
    Sejak hari itu tiba, sang Pulpen tak lagi berbicara, berpuisi dan bernyanyi lewat goresannya.

    Kini hanya tubuhnya yang terkapar damai, ditemani sang Kertas yang tak pernah ingin terpisahkan jarak.. Sampai hari dimana ia akan diambil, hari dimana cinta Pulpen akan bermakna untuk orang lain..