Rss Feed
  1. ***

    Ye Eun memutuskan untuk mengakhiri suasana tidak mengenakan ini dengan membuka mulut. Setidaknya, dia harus jujur pada Hae. Disamping itu, Ye sebenarnya tidak tahan dengan tatapan Hae. Tatapan itu beramarah, namun tidak dapat menyembunyikan kelembutan Hae terhadap Ye. Ye tidak tega, pasti sekarang tatapannya jauh lebih tajam dan menusuk daripada tatapan Hae padanya.

    "Pulanglah barang satu hari di waktu luangmu. Beri aku kabar dimanapun dan kapanpun selama kau tidak bersamaku. Beri aku senyum itu lebih banyak daripada yang didapatkan orang lain.."

    "Kau marah padaku gara-gara itu?"

    "Tidak. Aku tidak marah. Kau membuatku merasa.. aku bukan wanitamu. Dan kau membuatku merasa.. kau.. akan meninggalkanku kelak. Aku tidak suka merasakan itu semua."

    Ye Eun menundukan wajahnya, tak kuasa melihat tatapan bening Hae. Hanya tatapan itulah yang dapat meruntuhkan segenap kekecewaan yang sudah susah payah Ye perlihatkan. Kali ini, Hae harus melihatnya, harus.

    "Maaf.. Maafkan aku, aku terlalu sib-"

    "Jangan lakukan itu lagi sesibuk apapun kau, oppa. Bagi padaku sedikit duniamu. Beri aku satu pesan singkat, satu malam kau bersamaku, satu senyuman dan satu tatapan hangatmu. Beri aku perasaan bahwa hatimu selalu tetap bersamaku walau ragamu jauh. Maaf, aku terlalu banyak meminta.."

    Hae tidak mengeluarkan sepatah kata pun, matanya melemah dan dahinya berkerut melihat yeoja yang teramat disayanginya bersedih. Ah, tidak, Ye lebih dari bersedih, ia kecewa. Wanita itu dirundung rasa takut. Takut akan kehilangan orang yang juga teramat disayanginya. 

    Biasanya, Ye tidak pernah sesedih ini. Ye mempunyai mata ceria, hanya mata itu yang mampu membuat hari-hari Hae yang biru, menjadi sempurna. Tawanya tidak pernah terdengar hampa, namun tulus dan bersemagat. Biasanya, Ye tidak pernah melewati kepulangan Hae tanpa penyambutan yang dramatis. Ia akan menunggu tepat di depan pintu rumah pink-nya dengan poster bertuliskan kata-kata sayangnya untuk Hae diangkat tinggi-tinggi -seperti ELF dalam konser-konser Super Junior- atau dengan poster besar foto Hae, atau tidak tanggung-tanggung, banner foto kekasihnya, ia acung-acungkan sambil berteriak histeris. 
    Tidak jarang, tetangga-tetangga yang kebetulan -kebanyakan sengaja- melihat, terkikik melihat tingkah Ye. Hae tidak pernah merasa risih atau keberatan dengan penyambutan seperti itu, ia malah senang. Rasa lelahnya kerap hilang dengan keceriaan Ye, dengan mata Ye. 

    Tapi, tidak hari ini. Ketika Ye tidak menyambutnya di depan pintu seperti biasa. Ketika Ye malah asik mengurung diri di kamarnya, yang ternyata Hae tahu.. sedang melihat foto-foto namja lain dengan sunggingan manis dibibir!

    Hati Hae sakit, tapi demi Tuhan, rasa sakitnya tergantikan berkali lipat oleh raut wajah Ye ketika berbicara padanya, barusan. Hae sadar, ia terlalu nyaman dengan posisinya selama ini. Ia terbiasa dengan kehadiran Ye disisinya, ketika penat melanda. Hae tidak banyak bertemu Ye karena kesibukan. Tidak jarang, Hae juga lupa memberi Ye pesan singkat karena terlalu sibuk. Di televisi, ia memberikan banyak senyum dan kebahagiaan pada rekan-rekannya. Ye pasti melihatnya, namun Ye tidak pernah merasa iri, sebelum ini. Ye bahkan ikut menikmati kebahagiaan itu, walau hanya dari depan layar televisi.

    Dan semuanya terasa menyedihkan ketika Ye melihat senyuman Hae terbagi darinya sangat banyak, untuk yoeja lain di salah satu acara televisi. Ye tidak pernah melihat Hae memberinya banyak kebahagiaan itu padanya selama ini. Ye sadar, kesibukan memisahkan mereka, Ye mengerti. 

    Tapi tidak kali ini.

    Dan memang, Ye pun ingin Hae mengetahui perasaannya. Walau sering, Ye gagal mengungkapkannya karena tak kuasa melihat mata lelah Hae. Atau, tak kuasa melihat tatapan bening Hae.
    Namun, kali ini Ye berhasil. Dan yang terpenting, Hae pun mengerti. Ia mengerti sekarang.

    Tanpa membuang waktu, Hae berhambur memeluk Ye yang ternyata sudah berlinang air mata dalam posisinya yang tertunduk. Hae memeluk Ye erat, lama, dan hangat. Tidak lebih dari sepersekian detik, Ye tergugu, Ia menangis dalam pelukan namja chingunya itu.  

    "Jeongmal mianhae, oppa.. Maafkan ak-"

    "Yakinlah. Percayakan hatimu pada hatiku, Song Ye Eun. Uljima, jebal..  Gedaen namaui yeoja, saranghaeyo.."

    Hae mengelus kepala Ye lembut. Kemudian dalam pelukan Ye, Hae mengerti akan segala ketakutan yang dirasakan Ye terhadap kata "kehilangan".
    Bagai lullaby malam hari yang selalu ia putar, kata-kata Ye tersimpan sudah di alam bawah sadarnya. Setiap kata, notasi dan melodi sedih Ye seakan sengaja diputar ulang, lagi dan lagi. Dalam hatinya, Hae berjanji tidak lagi membuat Ye sedih. Tidak, itu tidak akan pernah dilakukannya lagi.

    ***

    Donghae's POV


    "Kyu... Kyuhyun..? Kau.. Sedang apa dengan foto-foto itu? Kenapa wajahmu ceria sekali melihat foto-foto Kyuhyun?"

    Aku baru sampai rumah, dengan perasaan mengganjal dalam hati. Kenapa Ye tidak menyambutku seperti biasa? Mana senyuman dan pelukan yang biasa diberikannya ketika aku pulang? Pikirku tidak segera terobati, ketika kulihat, rumah ini sepi, tanpa televisi atau musik berisik yang biasa dinyalakan Ye. 

    Hm.. Tapi toh pikiranku cukup terkendali. Mungkin Ye sedang tidur karena kelelahan dengan tugas-tugas kuliahnya. Aku cukup maklum, ia tercatat sebagai mahasiswi kedokteran di Seoul National University. Tugas-tugasnya pasti menumpuk, dan seperti kebiasannya yang lalu-lalu, ia begadang dan tidur di siang hari libur seperti sekarang.

    Setelah menutup pintu depan yang sendirian menyambut kepulanganku yang terhitung sangat jarang ini, aku segera bergegas ke kamar mandi. Ye tidak kunjung muncul, kurasa ia benar-benar tidur. Sudahlah, aku hanya ingin membersihkan tubuhku terlebih dahulu. Rasanya hari ini lelah sekali. Ye Eun, awas ya kalau benar-benar tidur, maaf maaf saja harus pusing karena kubangunkan. Aku hanya pulang hari ini, kau harusbangun dan tersenyum untukku yang banyak.

    Selesai mandi, kuharap Ye sudah bangun dan menyediakan teh hangat di meja, seperti biasa. Sambil mengeringkan rambutku dengan handuk, aku berjalan ke arah sofa di ruang tengah. Tidak kulihat satu gelas khas yang kuharapkan tersimpan disana. Kunyalakan televisi, dan kupakai sweater gading yang tadi kuletakkan di atas sofa. udara cukup dingin kali ini. Ah.. ini lebih baik, benar-benar membuat suasana nyaman, hangat dan hidup. Dari tadi, tidak ada suara apapun di rumah ini, sunyi sekali. Ye benar-benar tidak seperti biasanya, tidur disaat aku pulang ke rumah. Kalaupun ia mengantuk, ia akan menyambutku terlebih dahulu, menungguku mandi, dan menyediakan teh hangat. Sudah begitu, baru ia akan tidur di pundakku.


     Kuhirup aroma ruangan ini. Pandanganku berkeliling, dari meja dekat sofa, dinding berwarna coklat kayu dan rangkaian foto kami, televisi, lemari hias, dan televisi lagi. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir aku pulang, sekitar.. dua bulan setengah. Aku juga sudah sangat merindukan Ye Eunku. Ah, sekarang waktunya membangunkan si tukang tidur kesayanganku itu. Hahaha, sedikit geli memikirkan dengan cara apa aku harus membangunkannya. Dengan cara membangunkanku pada siwon.. Atau Hyuk.. Atau biasa-biasa saja seperti pada member lain? Hahahaha sudahlah.

    Pelan, kulangkahkan kakiku menuju kamar Ye. Sunyi sekali, benar.. sepertinya Ye tidur. Bisa-bisanya tidak kunjung bangun padahal aku sudah selesai mandi. Memangnya tidak kedengeran apa aku bernyanyi-nyanyi keras tadi? 

    Ah.. kamarnya tidak ditutup rapat. Baguslah, berarti tidak dikunci. Ye susah sekali dibangunkan kalau dari ketukan pintu saja. Tidak ada suara musik. Kalau tidur siang, biasanya kan Ye memasang musik. Oh, mungkin dia pakai headset. 
    Pelan-pelan, langsung saja kubuka pintu kamar Ye..

    "Kyu... Kyuhyun..? Kau.. Sedang apa dengan foto-foto itu? Kenapa wajahmu ceria sekali melihat foto-foto Kyuhyun?"

    "Ah.. Oppa.. Ini.. um.."

    "Ap.. Kita kan sudah bertunangan. Apa yang kau lakukan?! Kau... suka Kyuhyun?

    "Kau tidak tahu hah? Jauh sebelum aku mengenalmu, aku sudah menyukai Kyuhyun oppa. A lot! Aku senang bisa menyukainya, walau tidak bisa memilikinya. Kurasa itu sudah cukup."

    "A... Apa maksudmu berbicara seperti padaku?!"
    Tanyaku dengan intonasi tinggi. Kurasakan kini mataku membulat, sungguh tidak percaya pada apa yang aku dengar. Ye Eun, yoeja cingu yang amat kusayangi tiba-tiba bertingkah aneh dan berbicara kasar padaku. Ye? Ye Eun?

    Dia menatapku tajam, aku seharusnya yang melakukan itu! Tidak. Maaf, maaf Ye, kau yang memulai. Tolong, tolong hentikan tatapan itu. Aku tidak mengenalmu dengan tatapanmu kali ini. Aku tidak mengenalmu dengan matamu yang seperti ini. Tolong hentikan!

    ***

    Ye Eun's POV

    Kalaupun aku menyukai Kyu oppa lagi, aku tidak akan menolak perasaanku. Karena, aku tau itu bisa membuatku bahagia. Tetapi, kesadaran baru memenuhi pikiranku, bahwa.. rasa sayangku pada Hae oppa telah berakar tunas, tumbuh tanpa perkiraan dan takkan ada namja lain yang mampu membuatnya lebih tinggi.
    Hyunna eonni..
    Tolong, tolong berikan lagi kepercayaanmu padaku..
    Kau tahu kan, aku benar-benar tidak akan melukaimu dengan mengambil sesuatu yang paling berharga bagimu..
    Aku memang suka membuatmu cemburu.. Tapi.. sebenarnya aku lebih senang membuatmu bahagia dengan Cho Kyuhyunmu itu. 

    Aigoo, senang sekali rasanya menyadari bahwa Hae itu kakakmu, dan Kyu itu sekarang.. Kakakku.
    Kita semua saling memiliki. Benar-benar sempurna!^^

    --------

    Waaawaaaaaa akhirnya posting drabble di personal blog. FYI, ini benar-benar tulisan iseng, gak ada ujung atau akhir atau apalah. Bahkan, klimaksnya saja sama sekali gak berasa -_-
    Tapiiii dari pada ini blog kosong melongpong, ya diisi beginian deh gak apa-apa ya...
    Yang gak sengaja baca, sabar ajalah sama drabble ga jelas begini. But, thanks for reading^^

    Sempet bingung banget mau kasih judul apa. Dan akhirnya, lahirlah judul yang gak jelas pula wehee
    Terus, saya juga galau, antara kasih penjelasan cast dsbnya di awal atau tidak. Sampai sekarang belum ada keputusan, jadi sementara saya gak pakai dulu karena kan awalnya ini cuma tulisan iseng, bukan oneshot atau cerita.
    Selanjutnya, antara writer's POV dengan Hae's POV kan sebenarnya tertukar ya.. Alurnya jadi mundur dan maju pas ke Ye's POV. Nah saya galau juga antara menyimpan yang writer dulu atau yang donghae dulu. Tapi, karena memang awalnya pun Hae's POV itu tidak ada sama sekali (bagian itu bikin ngedadak, makannya ga jelas), jadi saya putuskan menyimpan writer's POV di awal. Walaupun jadi pusing pas baca, dan ga dapet gregetnya.. Tapi saya maunya gitu aja, udah (keukeuh :D)

    Anyway, Daisy eonni yang sempat galau gara-gara tingkahku.. Mianhae mianhae v^^

    Dan, hey eonn, tidak apa-apa ya, aku posting drabble ga jelas di blog ini. Ehm, maksudnya, nanti insaallah aku buat karya yang lebih bermutu (-an dikitlah) daripada yang ini, terus di share di "suatu tempat" x) (kalau bagian ini perlu editing atau bahkan dihapus, tinggal kasih tau saja :p) 

    Ya, selesai sudah postingan kali ini. Thanks a lot yang mau bersusah-susah baca. Semoga.. tidak menyesal ya baca ini hukhuk xD
    Annyeong, selamat malam bloggers :)