Hari ini pada akhirnya tiba.
Senyummu merekah, namamu menjadi mewah. Bahagiamu terperah. Dan sebenarnya, pun bahagiaku buncah. Dalam diam yang tiada lelah.
Bunga-bunga dalam balutan kertas berwarna berpindah tangan, banyak yang kemudian meringkuk dipangkuanmu nyaman. Kau bawa kesana kemari, lalu mereka meminta berfoto denganmu berkali-kali.
Adakah kelak dariku datangnya benda bermakna yang misalnya serupa bunga atau selainnya, dan kau genggam kemana saja?
Selamat ya! Celoteh mereka. Andai saja, diri ini kuasa mengatakan hal serupa. Tidak, rupanya hanya doa dalam diam, kusuguhkan setia.
Tawa gempita merambat di dinding ruangan, berian untukmu dalam ruak kebersyukuran. Kidung khidmat dariku saja, mengalun lembut bak angin senja walau tiada telingamu dapat mendengarnya.
Senyummu merekah, namamu menjadi mewah. Bahagiamu terperah. Dan sebenarnya, pun bahagiaku buncah. Dalam diam yang tiada lelah.
Bunga-bunga dalam balutan kertas berwarna berpindah tangan, banyak yang kemudian meringkuk dipangkuanmu nyaman. Kau bawa kesana kemari, lalu mereka meminta berfoto denganmu berkali-kali.
Adakah kelak dariku datangnya benda bermakna yang misalnya serupa bunga atau selainnya, dan kau genggam kemana saja?
Selamat ya! Celoteh mereka. Andai saja, diri ini kuasa mengatakan hal serupa. Tidak, rupanya hanya doa dalam diam, kusuguhkan setia.
Tawa gempita merambat di dinding ruangan, berian untukmu dalam ruak kebersyukuran. Kidung khidmat dariku saja, mengalun lembut bak angin senja walau tiada telingamu dapat mendengarnya.
Lalu,
Aku sadar satu waktu,
Aku sadar satu waktu,
Kau sedang berdiri di hadapan diri walau jarak tak
pula dekat. Tiada penghalang, masih bisa kulihatmu lamat.
Tetiba, pandangmu melompat cepat pada tempatku berdiri kini. Beberapa detik, bukan biasanya yang sedikit. Tak terhalau aku melihatmu jua. Bibirmu membeku, tiada walau sisipan seringai. Takut-takut, senyum tipis dariku tertaut. Setelahnya, sunggingan bibirmu nampak, membalasku telak.
Kemudian aku kalah, dan hanya menjauh melangkah.
Terlampau, rupawan.
Ku temukan dirimu ternyata bertanya-bertanya.
Lalu kau menebak-nebak, hingga menemukan jejak-jejak.
...
...
...
Tetiba, pandangmu melompat cepat pada tempatku berdiri kini. Beberapa detik, bukan biasanya yang sedikit. Tak terhalau aku melihatmu jua. Bibirmu membeku, tiada walau sisipan seringai. Takut-takut, senyum tipis dariku tertaut. Setelahnya, sunggingan bibirmu nampak, membalasku telak.
Kemudian aku kalah, dan hanya menjauh melangkah.
Terlampau, rupawan.
Ku temukan dirimu ternyata bertanya-bertanya.
Lalu kau menebak-nebak, hingga menemukan jejak-jejak.
...
...
...
Aku senantiasa. Disini.
Hmmmm