Tiada lagi kau menjadi angin kecil pelipur lara ketika
kegersangan tak lagi menjadi malapetaka, namun berubah menjadi berkah tak
terkira. Tak ada gundah dalam berkah. Karenanya, tak ada lagi dirimu bertengger
menguasai hatiku lincah.
Namun, terkadang gulana meradang.. apakah kau ternyata lebih mengenang.
Inginku, kau melupakan dan kembali melenggang walau perlahan.
Dan memang nyatanya, kau melesat secepat kilat. Aku tak
heran apalagi terperanjat. Karena itulah yang kau lakukan di waktu lalu, ketika
takdir memisahkan kita tanpa meragu. Setidaknya, itu pikirku.
Betapa aku tak kuasa mengucap salam perpisahan, apalagi berkata
agar kau senantiasa berada dalam lindungan Tuhan, seperti yang biasa kulakukan.
Tanpa bisa diurai maksud hati, akhirnya satu dimengerti. Kita saling menyingkirkan karena sama-sama
jauh dari kesiapan.
Biarlah urusan pertemuan lain diatur olehNya, sementara
urusan kita hanyalah menyiapkan dan memantaskan. Semoga dariku untuk yang
terbaik. Kau, aku yang tak pernah menjadi kita.
Tak apa.
0 comments:
Post a Comment